PENA KHATULISTIWA
Desember 25, 2021, 11:01 WIB
Last Updated 2022-01-04T05:26:32Z
BeritaNasional

Kisah Riyanto Anggota BANSER Korban Bom Gereja Mojokerto

Advertisement

 

Inilah sosok riyanto beserta seragam banser yang hancur akibat bom 

PENAKHATULISTIWA.ID,-Saat itu malam Natal, tepatnya tanggal 24 Desember tahun 2000 silam. Bersama empat sahabat lainnya, Riyanto mendapatkan tugas melaksanakan tugas pengamanan malam natal di gereja Eben Haezar Mojokerto.  


Riyanto bukanlah anggota polisi atau tentara, tapi ia adalah anggota Banser satuan koordinasi cabang Kabupaten Mojokerto.


Sejak maraknya teror bom di negeri ini, Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor memang menginstruksikan jajarannya, untuk membantu polisi menjaga dan mengamankan perayaan Natal bagi umat Kristiani. 



Saat itu pukul 20.30 WIB. Perjalanan ibadah baru separuhnya berjalan. Tiba-tiba ada yang menyampaikan kabar bahwa di depan pintu gereja ada bungkusan hitam yang mencurigakan. 



Mendengar hal itu, tangkas dan tanpa ragu yang sudah menjadi khas Banser, Riyanto membuka bungkusan tersebut. Ternyata isinya kabel yang terhubung dengan rangkaian yang memercikkan api. 


Mungkin saat itu, Riyanto tahu bahwa itu adalah bom. Mungkin ia punya kesempatan untuk kabur sesegera mungkin untuk menyelamatkan diri. Namun ia tidak begitu. 


Ia malah berteriak "tiaraaaap" sambil lari mendekap bungkusan tersebut menjauh dari gereja yang di dalamnya terdapat ratusan jemaat yang sedang beribadah. 



“Dluuuuaaar…“ sesuatu meledak di dekapan Riyanto. Tubuhnya terpental hingga seratusan meter. Kuatnya daya ledak, merobohkan pagar beton gereja. Jari tangan dan muka Riyanto hancur. 


 

Riyanto meninggal untuk menyelamatkan banyak nyawa. 



Pada saat kejadian, Riyanto baru berusia 25 tahun, tetapi keberaniannya patut diacungi jempol. Ia rela berkorban untuk orang banyak, meski berbeda agama. Atas pengorbanan-nya Riyanto, Gus Dur berujar, 


"Riyanto telah menunjukkan diri sebagai umat beragama yang kaya nilai kemanusiaan. Semoga dia mendapatkan imbalan sesuai pengorbanannya." Ucap Gus Dur


Hal mulia yang patut diteladani dari sahabat Banser Mojokerto Riyanto, rela meti demi menyelamatkan nyawa orang banyak


Bangsa ini dapat merdeka, bebas dari kejamnya penjajahan kolonial karena bangsa ini bersatu. Kemerdekaan mampu direbut oleh para pejuang dengan menanggalkan identitas suku, agama dan warna kulit. Pejuang saling bahu membahu mengusir penjajah.


 

Indonesia adalah negara yang penduduknya majemuk. Di dalamnya terdapat suku, adat, budaya dan agama. Kemajemukan dalam hal agama terjadi karena masuknya agama-agama besar ke Indonesia. 


Atas dasar itulah bangsa ini menjadi bangsa yang beragama, sehingga kehidupan keagamaan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Bahkan, dari motivasi agama inilah kita mampu merengkuh banyak keberhasilan, salah satunya adalah kemerdekaan melalui resolusi jihad.


Kini Nama Riyanto telah di abadikan dalam sebuah musium di mojokerto lengkap dengan pakaian loreng banser yang robek akibat Bom gereja tersebut


Reporter: Iwan Soleh


Sumber: NU Online