PENA KHATULISTIWA
April 28, 2022, 07:49 WIB
Last Updated 2022-04-28T00:49:25Z
Kelapa Sawit

Kebijakan Terbaru Larangan Ekspor CPO Sengsarakan Petani

Advertisement

Wawan Moku-Moku

PENA KHATULISTIWA (SEKADAU) - Kebijakan penghentian ekspor minyak mentah kelapa sawit benar-benar membuat petani kelimpungan 


Dengan larangan ekspor CPO dan seluruh bahan baku produk turunan CPO, spontan berimbas menyebabkan jatuhnha harga TBS.


"Kita petani dirundung masalah seperti kenaikan harga saprodi yang tinggi. Seperti pupuk, pestisida dan herbisida. Artinya biaya produksi tinggi.

Dampak kebijakan stop ekspor, pasti berdampak pada penerimaan TBS petani plasma maupun swadaya di pabrik. Ini pasti akan terjadi, karena akan ada pembatasan," ungkap Albertus Wawan Moku-Moku, Ketua KUD Renyang Bersatu, Desa Merbang, Kecamatan Sekadau Hilir.


Sekarang, kata Wawan, bagaimana sikap pemerintah melihat situasi ini.


Ia menduga, ada indikasi kecurangan turunnya harga TBS sejak beberapa hari lalu. Karena ini hampir terjadi beberapa wilayah. 


"Para trader minyak sawit sebagai kunci bagi perusahaan-perusahaan kecil untuk menentukan harga. Jika harga dimainkan para trader ini, maka akan berimbas sampai ke perusahaan kecil," sebut Wawan.


Namun karena kebijakan ini sifatnya sementara, harus diikuti dengan kebijakan afirmatif kepada petani sekarang ini. 


"Kondisi ini bila tidak ada intervensi terhadap petani, maka akan menyengsengsarakan petani. Harga ideal saat ini dengan hitungan kami, jangan sampai dibawah Rp. 2000 per kilo, agar sebanding dengan harga saprodi dan kebutuhan pokok naik. Jika harga dibawah itu, maka banyak petani akan rugi," terang dia.


Sebagai petani, ia mendesak para pemangku kepentingan untuk mengutamakan kepentingan orang banyak.


"Kebijakannya plin-plan. Bulan lalu DMO & DPO 20% CPO, kemarin dikeluarkan kebijakan bukan CPO yang dilarang ekspor. Malam ini semua turunan CPO dilarang ekspor. Ini membuat kita merasa curiga," pungkas Wawan.*


Red