PENA KHATULISTIWA
Juni 21, 2022, 14:38 WIB
Last Updated 2022-06-21T07:38:21Z
Artikel

Bolehkah Menggunakan Toga Selain Wisuda Sarjana?

Advertisement

ilustrasi

 Penakhatulistiwa.id (Pekanbaru) -

Beberapa tahun belakangan, dengan maraknya wisuda yang banyak terjadi di acara kelulusan atau pelepasan siswa-siswi Paud,TK,SD,SMP SMA/SMK . 


Di akhir tahun pelajaran, siswa & siswi dibuat risih resah, saat anak anak dimintai toga lengkap dengan jubahnya untuk acara wisuda kelulusan di jenjang sekolah sekolah.


Mungkin bagi sebagian orang, fenomena ini adalah hal yang biasa dan terkesan di atas wajar.

Dan bahkan mungkin berdalih dan di anggap sebagai trend baru. atau ajang senang - senang, ataupun juga untuk kepentingan photo - photo semata.


Tapi bagi sebagian orang tua ini sangat aneh.

Seorang ibu saat di tanya menyampaikan hal senada perihal wisuda - wisudaan ini


"Ini aneh mas sekarang,anak anak di tuntut untuk ikut wisuda, padahal mereka itu masih pendidikan dasar masak pakai acara wisuda wisudaan seperti anak yang lulus sarjana "ujar ibu IP kepada awak media  


Aneh, melihat yang baru menempuh sejenjang dari sekian panjang deretan jenjang pendidikan di Indonesia hari ini sudah memakai toga 


Aneh dan sangat memperihatinkan  melihat anak anak kecil ber makeup tebal dan ber haihel tinggi.

Hal serupa bisa dilihat di Banyak acara seperti drumband, gerak jalan dan lomba lomba dll sampai meluruhkan segala kepolosannya. 


Aneh...!!!

Karena tanpa tahu siapa yg yang memulai juga atas alasan apa?

Banyak lembaga pendidikan yang mengekor turut latah  mengadakannya.


Aneh...!!!

Anak anak kecil itu yg belum tahu apa apa makna Wisuda itu apa.

Tidak adil rasanya jika anak anak tersebut jika tidak  di jelaskan apa fungsi dan alasan mereka harus memakai toga.

Aneh..aneh...aneh dan aneh...???


Karena sesungguhnya warna hitam tiga itu menyimbolkan kegelapan yang berhasil di kalahkan oleh wisudawan/ti sewaktu mereka kuliah di kampus saat di perkuliahan.


Karena pada topi perseginya,sudut sudut nya melambangkan bahwa bahwa seorang sarjana di tuntut  berfikir rasional dan memandang segala sesuatu dari sudut pandang yang berbeda.

Jangan sampai sudah menyandang gelar sarjana tapi pola pikirnya masih sempit.


Karena makna dari pemindahan kuncir toga dari sebelah kiri ke kanan adalah simbol telah selesainya materi, teori  dan arahan yang di berikan oleh dosen untuk selanjutnya masuk dunia aplikasi dan pengamalan ilmu yng di dapat.


Semuanya tidak sesuai dengan kelulusan jenjang sekolah dasar, menengah pertama, menengah atas apalagi paud dan TK.


Jika dulu wisuda itu memiliki makna yang agung dan sebuah kebanggaan karena merupakan pencapaian seseorang setelah melewati berbagai jenjang pendidikan serta keberhasilan dari pada seseorang itu sudah meraih pendidikan tingkat tinggi yang di cita citakan,maka sekarang makna Wisuda tergerus oleh tangan tangan yang hanya mementingkan ego.

Kini Nilai dan kebanggaan wisuda sarjana seakan hilang.


Ada baiknya pelaksanaan acara seperti wisuda wisudaan ini untuk di kaji ulang untuk kemanfaatannya.


Tidakkah lebih hebat,bila dalam acara kelulusan para siswa juga orang tua untuk dilibatkan dalam hal persiapan, mungkin bisa dengan pementasan seni,pendekoran panggungnya, pembuatan photo booth yng sesuai dengan tema kelulusan para murid itu sendiri yang di sesuaikan dengn usia dan jenjang pendidikan nya tanpa harus mencederai makna dari wisuda itu sendiri.

Tanpa harus bergaya bak mahasiswa yang telah usai skripsi. 


Jalan mereka masih panjang,butuh setidaknya 10 tahun kedepan untuk menggenapi gelar sarjana sebagai kebanggaan bahwa telah lulus sebagai mahapelajar.


Teramat besar beban yang mesti di pikul para pemakai toga.

Jangan memaksakan hal itu kepada anak anak yang masih lulusan dasar, semoga makna toga kedepannya tidak sampai di salah artikan lagi.Karna disana tersimpan sebuah filosofi yang agung  dan Jangan cuma di jadikan sebagai simbol dari kelulusan para murid itu sendiri tanpa tahu arti dan makna yang terkandung didalamnya.


(Subur Hermawan )