PENA KHATULISTIWA
Mei 21, 2022, 08:01 WIB
Last Updated 2022-05-21T01:01:18Z
Artikel

Konferwil PWNU Kalbar, apa yang sebenarnya dibutuhkan nahdiyyin Kalbar?

Advertisement

 


PENAKHATULISTIWA.ID(KALBAR)-Menjelang pelaksanaan Konferwil Pengurus Wilayah Nahdatul Ulama (PWNU) Kalbar Juni mendatang menarik untuk dilihat, satu bulan menjelang pelaksanaan, flayer kandidat yang ingin bertarung sudah berseliweran di berbagai media sosial. 


Sampai saat ini saya melihat baru ada 3 kandidat yang intens tampil. Tentu belum final, masih banyak serangkaian dinamika yang terjadi sampai hari pelaksanaan. Finalnya nanti tentu di forum saat penyataan kesediaan, visi dan misi dan pemaparan arah gerakan jami'iyah aswaja ini di ruang lingkup Kalbar.


Ketiga bakal calon kandidat itu ialah, H. Sukiryanto, S.Ag, Dr. H. Syarif, S.Ag. MA serta Hasyim Hadrawi, ST. Ketiga bakal calon kandidat ini tentunya tidak diragukan lagi kapabilitas serta loyalitasnya terhadap NU. Dengan ketokohannya sudah pasti memiliki basis pendukung dimasing-masing faksi. 


Haji Sukir begitu namanya yang akrab dipanggil merupakan Wakil Sekretaris PWNU Kalbar 2017-2022 dalam perjalanannya juga pernah menjabat sebagai Penasehat PW GP Ansor Kalbar, terkenal sebagai saudagar muslim, owner 13 perusahaan terkemuka yang bergerak di berbagai bidang, yang menghantarkannya menduduki jabatan sebagai senator (DPD RI) saat ini.


Kalau Dr. Syarif sosok yang lebih dikenal sebagai akademisi intelektual ditataran Kalbar yang saat ini menjabat sebagai Rektor IAIN Pontianak, riwayat pengabdiannya di NU pernah menjabat sebagai Sekretaris PCNU Kota Pontianak.


Nama terakhir tentu tak kalah menarik, Hasyim Hadrawi sosok yang centang perenang di Badan Otonom (Banom) NU di mulai dari IPNU, GP Ansor, hingga Banom kemahasiswaan PMII, hingga saat ini beliau juga menjabat sebagai sekretaris PWNU Kalbar.


Riwayat singkat tadi, tentu memberikan ekspektasi dari warga nahdiyyin Kalbar untuk menitipkan mandat untuk mengelola jami'iyah yang usianya hampir seabad ini. Lalu pertanyaan yang timbul ialah. Apa sebenarnya yang dibutuhkan nahdiyyin Kalbar saat ini dan berkelanjutan secara futuristik ?


Secara tatanan konsep harakah (gerakan) tentu NU sudah mapan dan sulit diganggu gugat, nilai-nilai ke-aswajaan di level syariat (ibadah) maupun pada jenjang muamalah pada masyarakat multikultural dan pluralisme. Moderasi beragama gaungnya juga sudah terdengar lantang sejalan dengan slogan lslam Nusantara ala NU sesuai dengan perspektif Al-Qur'an. Tinggal bagaimana nilai ini dijaga dan dirawat sampai pada level grass roots (akar rumput) nahdiyyin.


Program utama NU adalah sosial keagamaan, tentu tanpa mengabaikan sektor ekonomi. Karena untuk sampai pada level mapannya sosial keagamaan, pada saat yang sama ada sektor ekonomi yang ikut andil. Sejalan dengan visi utama Ketua PBNU Gus Yahya Cholil Staquf tentang kemandirian ekonomi umat dan semangat kembali ke khittah organisasi.


Sebagai basis Islam tradisional yang mayoritas umatnya tinggal di pedesaan harusnya NU Kalbar membaca itu, dimensi kelas yang teralienasi. Sejauh ini NU pada umumnya tidak mengetahui yang suka tahlilan, selamatan dan kenduri apa pekerjaan mereka dan bagaimana pendapatan mereka ? NU harus bisa hadir khususnya di Kalbar untuk menutupi ketimpangan kelas dan ekonomi warga nahdiyyin akar rumput. Kalbar dengan luas yang membentang tentunya sangat banyak program yang bisa dilakukan khususnya di sektor pertanian, perkebunan dan perikanan.


Sebagai organisasi heirarkis, PWNU Kalbar tentu perlu menjalankan arahan tanfidziah PBNU, namun  tetap dinamis sesuai kebutuhan dan apa yang diperlukan. Lokus ekonomi dan pemberdayaan umat perlu di bangkitkan, hal ini akan lebih mudah jika bergerak beriringan dengan 14 PCNU Kab/Kota yang ada di Kalbar. Jika berjalan sampai level Pengurus Ranting tentu era kemapanan ekonomi nahdiyyin Kalbar akan terwujud. Tinggal menunggu waktu saja.


Syahdan, PWNU Kalbar juga belum memiliki sekretariat permanen, Harapan bersama warga nahdiyyin Kalbar di masa khidmat selanjutnya adanya kantor yang representatif akan bisa terwujud. Sekretariat bukan hanya sekedar tempat bernaung, menyimpan berkas dan perangkat organisasi, tapi lebih sebagai identitas dan simbol kemapanan. Tak mudah, tentunya perlu kolaborasi seluruh elemen, dan nominal biaya yang tak sedikit. Lagi dan lagi butuh ekonomi yang mapan.


Bermacam asa digantungkan oleh warga Nahdiyyin Kalbar pada saat Konferwil mendatang, tapi kembali lagi dependen Pengurus Cabang yang tentunya mempunyai otoritas dengan memberikan hak suara saat pemilihan. Tak lupa tetap melenggengkan budaya NU yaitu "sowan" tidak hanya secara vertikal pada Kyai, Guru, sesepuh tentu juga secara horizontal. Suara dan masukan warga nahdiyyin kelas proletar juga disambangi "sowan".


Epilog, semoga Konferwil berjalan lancar, mencapai kriteria pemimpin yang diinginkan.


Sekian. Hadanallahu wa iyyakum ajma'in. Wallahu muwafiq ila aqwamith thariq.


Penulis: _Muhammad Agus Tarmizi, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, UNTAN (2015-2020), Putera asli daerah Kayong Utara_